Muda, berwajah tampan, dan miliarder. Begitulah Bong Chandra, 23 tahun.
Disebut-sebut sebagai motivator termuda di Asia, Bong tiap Senin pagi
sejak 11 Oktober lalu tampil dalam tayangan motivasi di salah satu
stasiun televisi.
Dan bukunya, Unlimited Wealth, sudah terjual lebih dari 10 ribu kopi.
Dalam seminar-seminar yang dibawakannya, Bong kerap menyebutkan bahwa orang bisa memulai bisnis tanpa harus mengeluarkan uang. Contohnya adalah dirinya sendiri, yang sekarang menjalankan bisnis properti dan pencucian mobil. Kedua usaha ini berawal dari profesinya sebagai motivator, yang dijalankan sejak usia 20 tahun.
Dalam seminar-seminar yang dibawakannya, Bong kerap menyebutkan bahwa orang bisa memulai bisnis tanpa harus mengeluarkan uang. Contohnya adalah dirinya sendiri, yang sekarang menjalankan bisnis properti dan pencucian mobil. Kedua usaha ini berawal dari profesinya sebagai motivator, yang dijalankan sejak usia 20 tahun.
Kesuksesan ini tak diraih dengan mudah. Bong harus menempa dirinya
dengan kerja keras. Saat usianya menginjak 18 tahun, Bong memilih
berjibaku membangun bisnis ketimbang bersenang-senang seperti remaja
seusianya.
Kerja keras Bong dimulai sejak krisis ekonomi 1998. Bencana itu
membuat bisnis ayahnya, Aditya, terempas. Pabrik kuenya terancam gulung
tikar. “Rumah sampai nyaris dijual,” katanya saat ditemui di salah satu
tempat usahanya, Free Car Wash Serpong, Tangerang Selatan, Kamis lalu.
Bong, yang kala itu berusia 11 tahun, berempati atas terpuruknya
ekonomi keluarga. Kebutuhan sekolah diusahakan sendiri. Contohnya ia
lebih memilih kertas bekas dan memfotokopi buku pelajaran milik temannya
ketimbang membeli baru. Beberapa alat tulis juga dibuatnya sendiri.
“Saya menggunakan karet (gelang) untuk penghapus,” tuturnya.
Bong kecil juga menjual sisa potongan kue di pabrik ayahnya ke
sekolah. Semula ia gengsi. Apalagi dia minder karena penyakit asma, yang
membuat tubuhnya ringkih, sehingga kerap dicemooh oleh rekannya. Namun
motivasi dia bertahan hidup lebih besar. Bong malah makin giat
mengembangkan usaha. “Saya menjual parfum dan VCD (cakram padat).”
Saat masuk SMA, ia bersama seorang temannya nekat berbelanja pakaian
ke Bandung meski tak punya duit. “Modalnya kepercayaan,” katanya. Pagi
hari mereka berangkat, sore kembali ke Jakarta dengan membawa setumpuk
baju yang siap dijual. Bong membuka lapaknya di Senayan dan Pasar Taman
Puring, Jakarta Selatan. Ia juga menjual pakaian seragam kepada rekan
dan adik kelasnya.
Bong Chandra
sadar motivasi perlu dipertahankan karena cemoohan berpotensi
mengendurkan semangatnya. Apalagi rekannya kerap menyindir Bong.
“Seumuran kita harusnya bersenang-senang,” ujar Bong menirukan rekannya.
Tapi ia berkukuh.
Beruntung, orang tuanya rajin memberi nasihat. Bong pun gemar membaca
buku motivator dunia, seperti Donald Trump. “Keinginan sukses makin
besar,” katanya. Kegemaran ini memudahkannya memotivasi diri. Ia pun
mulai menasihati temannya yang patah semangat.
Ia makin yakin akan kualitas bakatnya memotivasi orang. Bersama lima
rekannya, Bong membuat event organizer untuk pelatihan motivasi.
Sasarannya orang-orang dekat. “Saya diminta beberapa rekan satu jemaat
di gereja,” ujarnya.
Bong awalnya memotivasi para karyawan pemasaran. Selama dua tahun
pertama, ia hanya memungut biaya operasional. “Ini investasi saya,”
katanya. Apalagi tujuan bisnis ini tidak untuk mencari uang. “Saya
memperluas pertemanan,” katanya.
Tak sulit bagi alumnus SMA Kalam Kudus Jakarta ini mendapatkan teman
dari 90 ribu peserta pelatihannya, yang kebanyakan pelaku bisnis. “Kalau
teman kita sukses, kita akan kecipratan sukses,” katanya. Keyakinan
Bong yang kerap mengisi pelatihan di kalangan pebisnis properti ini
benar. Ia mulai diajak sesama pembicara saat memberikan pelatihan di
Real Estate Jawa Timur.
Awalnya Bong diminta mencarikan investor pembangunan properti seluas
5,1 hektare di Ciledug, Tangerang. Meski gagal, rekannya tak kecewa. Ia
justru diminta bergabung menjalankan bisnis ini. Akhirnya Bong dan dua
temannya menjalankan perusahaan properti senilai Rp 180 miliar sejak
Januari lalu. “Ini modal networking,” katanya.
Keberuntungannya terus bergulir. Pelan-pelan banyak tawaran
mengajaknya berbisnis bersama. Selain properti, Bong mendirikan bisnis
pencucian mobil. Usaha ini dibangun di Buah Batu, Bandung, dan Serpong.
Kini ia menjalankan tiga usaha dengan karyawan mencapai 100 orang.
Menjadi pembicara motivasi membuat Bong memutuskan berhenti kuliah di
Jurusan Desain Grafis Universitas Bina Nusantara. Setelah tidak kuliah,
satu-satunya pilihan Bong adalah menjadi motivator yang sukses.
Meski dia sudah berbicara di hadapan 15 ribu orang per tahun, mulai
mahasiswa, ibu rumah tangga, dosen, ahli hukum, dokter, pengusaha,
hingga CEO, Bong menyebut dirinya sebagai pribadi yang tertutup. “Saya
tidak mudah akrab,” katanya. Bong juga mengenali dirinya sebagai orang
yang lambat bertindak. “Saya menuntut sempurna jadi kerap lama
berpikir.”
Figur Bong yang baik, kariernya menanjak, dan wajah tampannya kerap
mengundang lawan jenis menggodanya. “Ada yang kirim pesan,” katanya.
Namun hatinya kadung tertambat pada satu perempuan yang menemaninya
membangun usaha dari awal hingga sekarang. Ia berjanji setia. “Kalau
yang lain belum tentu mau sama saya ketika masih susah,” ujarnya
tersenyum.